Sabtu, 17 April 2021

STUDI BANDING

 CABANG DINAS KEHUTANAN WIL PACITAN

STUDI BANDING DI LOKASI  BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA, spp  (LEBAH MADU KLANCENG)

DALAM RANGKA PENINGKATAN KAPASITAS SDM KEHUTANAN

 

Pada hari Selasa, 6 April 2021, Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan melakukan studi Banding/Widya Karya pada pembudidaya tawon madu tanpa sengat (Trigona,spp/Klanceng). Tempat tujuan dari kegiatan ini adalah KTH Madu Sari, di desa Katongan, Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul. Peserta studi banding itu sendiri adalah Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan, Kasi RLPM, Kasi TKUK, Staf, Penyuluh Kehutanan serta PKSM Kabupaten Pacitan dan Ponorogo dengan jumlah peserta kurang lebih 60 orang. Peserta langsung menuju lokasi rumah bapak Sugeng Aprianto sebagia Ketua KTH Madu Sari sekaligus pembudidaya lebah klanceng.


Rombongan disambut dengan ramah oleh ketua KTH beserta beberapa anggota. Acara dipandu langsung oleh bapak Bamabang, yang diawali dengan pemutaran beberapa video kegiatan budidaya lebah klanceng.

Pada kesempatan pertama pimpinan rombongan bapak Wardoyo, S.Hut, MM, sekaligus sebaga KCDK, diberi kesempatan pertama untuk memberikan sambutan. Disampaikan oleh beliau bahwa semua rombongan dari Pacitan dan Ponorogo Jawa timur berkunjung ke Desa Katongan Kec. Nglipar ini adalah untuk menimba ilmu terkait seluk beluk budidaya lebah madu klanceng. Dengan harapan peserta setelah melakukan studi banding dapat menerapkan di wilayah masing-masing dan memberikan penyuluhan pada para anggota KTH untuk berusaha tani HHBK diantaranya lebah klanceng ini. Tentu semua ini disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayah kerja.

Kesempatan kedua bapak Sugeng Aprianto, giliran mengisi sebagai tuan rumah sekaligus nara sumber kegiatan studi banding tersebut. Mula-mula pak Sugeng menceritakan perjalanan hidupnya sebelum menekuni budidaya lebah klanceng, mulai dari pengrajin tempe, tukang pijat sampai sukses pada budidaya klanceng. Dalam budidaya klanceng hal penting yang perlu disiapkan pertam kali adalah ketersediaan pakan lebah itu sendiri, jadi sebelum mengembangkan lebah harus menanam jenis tanaman yang merupakan sumber pakan lebah, tuturnya. Budidaya itu sendiri dimulai dari rasa keinginan budidaya yang awali sekitar tahun 2015 lalu. Saat itu di rumah beliau ada koloni klanceng pada daun pintu yang terbuat dari triplek. Didalam daun pintu tersebut didiami koloni klanceng yang sangat gemuk (banyak lebahnya) dan hampir mengisi sebagian besar rongga yang ada. Dengan bekal niat ingin tahu dan dibukanya daun pintu tersebut. Dari awalnya satu dapat dikembangkan menjadi 10 koloni hasil pemisahan, dan alhasil semua dapat berkembang dengan baik. Berawal dari itu semua pak Sugeng A, tadi terus menambah koloni baik berasal dari membeli maupun berburu di hutan. Dan sampai saat ini dirumah pak Sugeng ada sekitar 600 koloni lebah klanceng, serta ada yang di rumah anggota KTH serta penduduk sekitanya yang saat ini sudah mencapai sekitar 6000 (enam ribu) koloni. Jenis lebah yang dipelihara adalah lebah trigona spp levichep, biroi, itama dan juga jenis appis cerana.

 

    Menariknya adalah dari budidaya klanceng ini menurut pak Sugeng, tidak madu semata yang diharapkan hasilnya, akan tetapi ada hal lain, yaitu propolis dan polen yang sangat berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai ketua KTH pak Sugeng juga menyandang sebagai PKSM yang pernah juga sebagai nara sumber pada Webinar Nasional. Selain itu pernah kerjasama dengan perguruan tinggi yaitu UGM dalam pengelolaan pasca panennya. Juga kerjasama dengan seorang prfesor di Jawa Timur dalam hal pengolahan propolis menjadi cair atau diolah sedemikian rupa yang hasilnya menyerupai hasil sulingan, yang nilainya jauh lebih tinggi, disbanding bee pollen dan madu.

Budidaya tidak terpusat pada satu area tetapi tersebar di sebanyak 60 titik budidaya yang berlokasi di rumah anggota. Total saat ini anggota terdaftar KTHR Madu Sari sebanyak 60 orang dengan anggota aktif 30 orang. Tiap rumah terdiri dari 5-10 sarang koloni berupa bejana tanah liat/kendhil.

Pemilihan bejana tanah liat untuk media pembiakkan karena lebih bersih dibanding bumbu bambu/kayu sehingga madu yang dihasilkan lebih baik.

Produktivitas Lebah Lanceng selain madu, yaitu : propolis, bee pollen dan royal jelly.Adapun volume rata-rata madu yang dihasilkan sebanyak 100 - 250 ml per tiga bulan setiap rumah yang memelihara klanceng tersebut, sementara musim penghujan mencapai 2 liter dapat dihasilkan oleh 200 stup sarang yang ada di sentra produks. Propolis adalah lilin sarang/pulut/tlutuh koloni lebah, produktivitasnya 2 kg per tahun dan dapat naik turun tergantung vegetasi disekitarnya.

Disampaikan oleh pak Sugeng bahwasanya keberhasilan budidaya lebah madu klanceng ini tidak lepas dukungan banyak pihak. Yang paling penting adalah vegetasi yang cukup baik akan mempengaruhi berhasil dan tidaknya budidaya tersebut. Menanam jenis tanaman MPTS dan bunga-bungaan sangat dianjurkan untuk mendukung keberhasilanya. Bahkan disekitar rumah pak Sugeng disiapkan bibit tanaman bunga diantaranya AMP, Santos Lemon yang dapat dibawa oleh pengunjung sebagai oleh-oleh, tentunya dengan membeli.  Setelah penyampaian materi selesai, dilanjutkan diskusi. Setelah selesai diskusi acara selanjutnya isoma.

 Untuk kegiatan akhir yaitu melakukan praktek pemindahan koloni lebah klanceng dari bunbung bambu ke dalam kendil. Memilih tempat memelihara kendil dari tanah liat karena akan lebih mudah memelihara dan lebih bersih dibangding pada bumbung atau kotak kayu.

Foto Bp. KCDK wil Pacitan, Penyuluh Kehutanan Bersama Nara sumber

Foto Bp. KCDK wil Pacitan, PKSM Bersama Nara sumber

FOTO TANAMAN BUNGA  (AMP) UNTUK PAKAN LEBAH

Dengan melakukan studi banding ini diharapkan semua peserta, baik Penyuluh Kehutanan dan PKSM dapat mengambil segi positifnya dan pada akhirnya dapat menjadi bahan penyuluhan di wilayah kerja masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

serba serbi

FOLU NET SINK