Kamis, 27 Februari 2020

AGROFORESTRY


PERANAN AGROFORESTRY DALAM MEMPERTAHANKAN
FUNGSI HIDROOLOGI DAN KONSERVASI
Agroforestry  atau disebut juga Wana Tani adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya  yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas pertanian atau tanaman jangka pendek. Model-model agroforestry/wanatani bervariasi mulai dari wanatani sederhana berupa kombinasi penanaman sejenis pohon dengan satu-dua jenis komoditas pertanian, hingga ke wanatani kompleks yang memadukan pengelolaan banyak spesies pohon dengan aneka jenis tanaman pertanian, dan bahkan juga dengan ternak atau perikanan.
Berbagai bentuk agroforestry/wanatani ini sebetulnya mencerminkan teknik pengelolaan sumberdaya oleh petani secara swadaya. Tidak seperti halnya perkebunan-perkebunan besar yang dikelola perusahaan, kebanyakan kebun atau hutan rakyat tidak dikelola hanya untuk menghasilkan satu komoditas atau produk. Petani umumnya mengharap kebun atau ladangnya dapat menghasilkan tanaman pangan utama (misalnya padi atau jagung), atau tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (seperti kopi, cengkih, karet dll.), ditambah dengan produk-produk lain yang sifatnya subsisten seperti kayu bakar, tanaman rempah dan obat, pakan ternak, aneka hasil lainnya.
  • Unsur-unsur dalam agroforestry/wanatani kurang lebih dapat disederhanakan, sbb.:
perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek)
  •  perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan
  •  perpaduan tanaman penghasil dengan tanaman pendukung (misalnya kopi atau kakao, dengan pohon-pohon peneduhnya)
  •  perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen berbeda-beda: padi ladang, mentimun, kopi, damar matakucing, durian.
  •  perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (tambak, balong, embung), dikenal juga dengan istilah silvofishery
  •  perpaduan dengan pemeliharaan ternak (silvopasture) atau pemeliharaan lebah: hutan sebagai penghasil pakan ternak atau lebah, seperti di Sumbawa.

AGROFORESTRY DAN PERANANNYA DI BIDANG HIDROLOGI DAN KONSERVASI
Didasarkan pada berbagai definisi dan praktek-praktek agroforestry, dapat disimpulkan bahwa agroforestry memiliki dua fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi sosial-ekonomi, merupakan cerminan usaha manusia dalam mencoba untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang sosial dan ekonomi. Umumnya berupa produk diantaranya hasil hutan, hasil tanaman pangan, peternakan dan sebagainya.
2. Fungsi lingkungan, berupa komponen-komponen yang tidak terpisahkan dari agroforenstry sebagai sebuah sistem yang berupa fungsi hidrologi, fungsi ekologi dan fungsi konservasi. Umumnya beupa jasa, yang sebenarnya dapat juga dikuantifikasi dengan menggunakan parameter-parameter yang ada. Dalam hal ini, agroforestry berfungsi sebagai pencegah terjadinya erosi tanah melaui penutupan lahan dan strata tajuk, penyimpan cadangan air tanah, pengikat karbon sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, dan sebagai habitat dalam
konservasi atau perlindungan terhadap flora dan fauna tertentu.
A. Fungsi Hidrologi
Tutupan pohon dan tanaman semusim mempengaruhi aliran air adalah dalam bentuk:
1. Intersepsi air hujan.
   Selama kejadian hujan, tajuk pohon dapat mengintersepsi dan menyimpan sejumlah air   hujan dalam bentuk lapisan tipis air (waterfilm) pada permukaan daun dan batang yang diintersepsi dan dievaporasi tergantung pada  luas daun , karakteristik permukaan daun, dan karakteristik hujan. Intersepsi merupakan komponen penting jika jumlah curah hujan rendah, tetapi dapat diabaikan jika curah hujan tinggi.
Apabila curah hujan tinggi, peran intersepsi pohon penting dalam kaitannya dengan pengurangan banjir.
2. Daya pukul air hujan.
Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat.
3. Infiltrasi air.
Dengan adanya akar-akar tanaman yang tumbuh dan masuk pada tanah berakibat pada kemampuan tanah dalam menyerap air hujan ke dalam tanah.
4. Serapan air.
Dengan tumbuhnya tanamn sepanjang tahun, tanaman menyerap air dari berbagai lapisan tanah untuk mendukung proses transpirasi pada permukaan daun. Serapan air oleh pohon diantara kejadian hujan akan mempengaruhi jumlah air yang dapat disimpan dari kejadian hujan berikutnya, sehingga selanjutnya akan mempengaruhi proses infiltrasi dan aliran permukaan.
5. Drainase lansekap.
Besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya ‘aliran cepat air tanah. Dengan demikian, dalam sebuah sistem agroforestry yang dikelola dengan baik, fungsi lahan agroforestry sebagai penerima, penyimpan, penyalur dan pelepas air dapat berjalan dengan baik.
B. Fungsi Konservasi
Sebagai bagian dalam pengelolaan hutan, pelaksanaan pembangunan hutan rakyat yang dipadukan dengan model agroforestry diharapkan dapat melestarikan hutan alam melalui peningkatan produktivitas lahan hutan di areal masyarakat atau di lahan kritis. Program ini perlu diadakan di sekitar kawasan konservasi seperti taman nasional dengan pengembangan model tersebut di daerah penyangga, untuk meningkatkan kesejahteraan dan persepsi masyarakat dalam perlindungan kawasan pelestarian alam.
Secara ringkas, (Sabarnurdin, 2004) menyebutkan beberapa manfaat lingkungan yang dapat diperoleh dari sistem agroforestry;
1. Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga fungsi kawasan hutan tidak terganggu
  (tata air, keanekaragaman hayati dll);
2. Lebih efisien dalam recycling unsur hara melalui pohon berakar dalam di lokasi tsb.;
3. Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah hulu DAS;
4. Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah ;
5. Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu permukaan tanah, mengurangi evapotranspirasi  
karena kombinasi mulsa dari tanaman setahun/semusim dan naungan pohon;
6. Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah melalui penambahan yang kontinyu hasil   
proses dekomposisi bahan organik ;
 






Contoh pola agroforestry 
yang dilakukan oleh petani di Kecamatan donorojo Kab. Pacitan

Agroforestry memiliki dua aspek utama, yaitu aspek sosial-ekonomi dan aspek lingkungan. Secara ekonomi agroforestry telah terbukti cukup berhasil dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek masyarakat melalui agro dan jangka panjang melalui tanaman kayunya. Bahkan sistem agroforestry diharapkan dapat menjadi suatu solusi masalah kemiskinan di Indonesia. Dalam kegiatan ini masyarakat dapat memanfaatkan lahan hutan untuk kegiatan yang menghasilkan tanaman pangan di antara tanaman hutan dan pohon jenis serbaguna. Selain itu masyarakat dapat mengembangkan teknologi budidaya mereka melalui teknik (kearifan) lokal. Seperti pengembangan tanaman pekarangan, kebun, pemeliharaan hutan sekunder, dan kawasan lindung sekitar desa untuk perlindungan tata air dan mengelola hasil hutan dengan cara pemanfaatan hasil hutan non-kayu.
Selain manfaat ekonomi yang merupakan tujuan utama masyarakat dalam melaksanakan praktek agroforestry, sistem ini juga mempunyai aspek positif lainnya dalam jasa lingkungan. Beberapa aspek lingkungan agroforestry yang baik secara sengaja ataupun tidak diperoleh adalah dalam proses tata air (hidrologi), menjaga sekaligus meningkatkan konservasi, baik konservasi terhadap tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya, maupun konservasi terhadap air dan tanah yang menjadi habitatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar terjadi optimalisasi dari sisi ekonomi dan ekologi/lingkungan antara lain: 1).Pemilihan perpaduan atau kombinasi sistem agroforestry yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik lahan. 2). Pemilihan jenis yang tepat didalam rangka pengembalian kesuburan tanah dan terbentuknya kembali sistim hidrologi lahan dan 3). Pembentukan strata yang tepat dalam rangka konservasi tanah dan air, tanpa menyampingkan fungsi ekonomi. Jika hal tersebut dilaksanakan maka peluang keberhasilan agroforestry dalam kedua aspek utama di atas dapat tercapai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

serba serbi

PENDAMPINGAN KTH

Dalam Pembinaan KTH dmaksudkan untuk meningkatkan kapasitas kelompok tani hutan dalam mengelola Kelembagaan, Kawasan dan Kelola Usaha. Tujua...