Selasa, 01 November 2022

REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (RHL)

DI WILAYAH CABANG DINAS KEHUTANAN WILAYAH PACITAN

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur setiap tahunnya.  Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal.

Usaha untuk pemulihan kondisi hutan konservasi dilakukan dengan cara restorasi hutan. Sementara untuk memulihkan kondisi hutan produksi dan hutan lindung dilakukan dengan cara rehabilitasi. Perbedaan Restorasi dan Rehabilitasi berdasarkan pemulihan adalah restorasi memiliki ranah pemulihan hutan pada fungsi, produktivitas, struktur, dan komposisi, Sedangkan ranah pemulihan rehabilitasi berada pada fungsi dan produktivitas hutannya.

Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dapat dilaksanakan dengan kegiatan Reboisasi, Penghijauan, Penanaman, dan sering disebut dengan Konservasi Tanah secara Vegetatif dan Sipil Teknis.

Sementara yang dilakukan pada lahan hutan Rakyat di wilayah kerja Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan salah satunya adalah Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif dengan model Agroforestry. kombinasi tanaman Sengon, Alpokat dan Jagung yang Kegiatan Agroforestry dilaksanakan di Desa Karangan Kec. Badegan Kab. Ponorogo.

Kegiatan tersebut telah sampai pada tahapan persiapan lahan dan persiapan saprodi (bibit, pupuk). Bibit Sengon, alpokat dan jagung sudah terdistribusi ke lokasi tanam. Dalam kesempatan monev kegiatan itu hadir di lokasi titik turun bibit beliau bapak KCDK Wil, Pacitan, Penyuluh Kehutanan, Pengurus KTH dan Pengasuh Pondok sebagai penanggungjawab penanaman yang dilingkungan pondok pesantren di desa Karangan Kec. Badegan Kab. Ponorogo.

Monev bibit Agroforestry
di Desa Karangan Kec. Badegan
                

            Bapak KCDK memberi arahan dalam Monev
                 bibit tanaman produktif


  • Adapun manfaat dari sistem agroforestri yang diterapkan pada suatu lahan terutama pada petani, masyarakat, dan daerah setempat adalah sebagai berikut: 
  • a. Manfaat ekologi
  • Manfaat secara ekologi dari sistem agroforestry ini adalah mencegah terjadinya erosi tanah, degradasi lingkungan, perbaikan sruktur tanah melalui seresah atau sisia tanaman/dedaunan, pemecah angin dan pengelolaan sumber air secara lebih baik.
  • Hasil yang diperoleh dari sistem agroforestri berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan, pakan ternak dan pupuk hijau memiliki ketersediaan serta mengalami peningkatan.
  • b. Manfaat ekonomi;
  • Adapun manfaat ekonomi dari kegiatan agroforestry yang diterapkan pada suatu lahan di wilayah, terutama pada petani, masyarakat setempat dan daerah setempat adalah:
  • - Hasil yang diperoleh dari Agroforestri adalah berupa kayu bakar, kayu pertukangan,  
  •   pangan,  pakan ternak, buah-buahan.
  • - mengurangi kegagalan panen secara total.
  • - Keaneka ragaman hasil petani meningkat karena jenis yang ditanam beberapa jenis, baik 
  •   kayu ataupun tanaman produktif dan palawija.





Minggu, 25 September 2022

OPTIMALKAN HASIL HUTAN NON KAYU

 BUDIDAYA LEBAH MADU kLANCENG (Trigona Leviceps)

Usaha perlebahan mempunyai peluang yang sangat baik untuk dikembangkan di masyarakat pedesaan, karena wilayah Indonesia memiliki potensi sumber daya alam hayati  yang mendukung kelola usaha tersebut, yaitu :

  1. Keragaman jenis lebah,
  2. Beragamnya jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah maupun sumber getah, serta Nektar.

Kondisi lingkungan tropis yang sangat mendukung keberlanjutan dan perkembangan kehidupan lebah.

Lebah Klanceng (Trigona, sp).

 Lebah tanpa sengat yang dapat dibudidayakan dipermukiman. Jenisnya : Trigona itama, leaviceps, biroi, terminate dll.

IDENTIFIKASI LEBAH KLANCENG

u  Bentuknya lebih kecil daripada lebah madu biasa. Bahkan lebih kecil daripada lalat. Warnanya hitam, dengan kaki berbulu.

u  .Lebah klanceng/Trigona dengan nama latin Apis Trigona sp. di alam bebas hidup pada celah celah pohon yang kering, lubang pada kayu, batu, tembok dll. Karena bentuknya yang kecil lebah klanceng sering dikira semut yang bersayap

Persiapan Koloni

Koloni dapat diperoleh dari beberapa cara antara lain :

 1.   Memisahkan/memperbanyak koloni yg sudah ada.

 2.  Mengambil/berburu dari alam contohnya dari bambu dan kayu atau yg lainnya.

3.   Membeli dari pembudidaya yang lain

 4.   Membawa dari luar pulau atau luar daerah

Persiapan Vegetasi

Semua jenis tanaman berbunga yang menghasilkan nektar (makanan lebah),  serbuk sari (makanan anakan lebah)  serta menghasilkan getah (untuk membangun dan melindungi sarang) dengan jumlah seimbang.

1. Tanaman Penghasil Resin

2. Tanaman penghasil polen

3. Tanaman Penghasil Nektar

4. Tanaman Penghasil Nektar dan Polen

 


Tanaman Penghasil Resin

Yang diambil adalah getah pohonnya. Manfaat Resin / Getah :

u  Untuk membangun sarang

u  Untuk membuat Pot madu

u  Untuk membuat Pot polen

u  Pertahanan diri dari hama dan peyakit yang membahayakan kelangsungan hidup koloni lebah Trigona.

Tanaman penghasil Polen

Ø  Pollen adalah serbuk sari yang dikumpulkan oleh klanceng atau lebah.

Ø  Bee pollen berwarna  kekuning-kuningan. Rasa bee pollen sangat dipengaruhi oleh vegetasi di sekitar tempat budidaya.

Ø  Tanaman penghasil Polen : Jagung, Bunga Matahari, Kersen, Lamtoro, Sengon, Petai.

 

Tanaman Penghasil Nektar
  1. Nektar atau sari bunga adalah cairan manis kaya dengan gula yang diproduksi bunga dari tumbuh-tumbuhan sewaktu mekar untuk menarik kedatangan hewan penyerbuk seperti serangga dan termasuk didalamnya adalah lebah Trigona.
  2. Nektar tidak hanya berasal dari bunga saja, contohnya pohon akasia selain menghasilkan nektar pada bunga juga menghasilkan nectar di pangkal daun
  3. Tanaman Penghasil Nektar : Kaliandra, Air Mata Pengantin, Pisang, Durian, Akasia, Randu.
Tanaman Penghasil Nektar dan Polen

Jenis tanaman yang bisa menghasilkan baik itu nektar ataupun polen
Jenis tanaman penghasil nektar dan polen :
Aren,  Belimbing,  Jambu air, Air mata pengantin, Kaliandra, Kelapa, 


 






Rabu, 06 Juli 2022

PEMELIHARAAN TANAMAN MPTS (PRODUKTIF)

 

Pemeliharaan Tanaman

Teknik Pemangkasan Tanaman Produktif (MPTS)

Oleh : SLAMET RIYANTO, SP

  Penyuluh Kehutanan CDK       Wilayah  Pacitan.

Penanaman tanaman MPTS dipilih bibit yang memenuhi syarat untuk ditanam, biasanya dalam beberapa waktu akan mulai tumbuh dan menjadi besar, jika dibiarkan tumbuh liar akan tumbuh tinggi dengan percabangan rimbun dan tidak teratur. akibatnya tanaman mudah terserang penyakit, tidak menghasilkan buah dan sulit untuk dipanen. Pada saat itulah kita tidak boleh lalai memperhatikan kondisi tanamannya, pertumbuhan harus dijaga  jangan sampai terlalu subur. Tanaman yang terlalu subur biasanya ditunjukkan dengan daun-daun yang tumbuh lebat dan rimbun. Pada kondisi demikian pada umumnya  tanaman tidak akan mengeluarkan bunga, untuk menjaga agar tanaman jangan sampai menjadi subur sebaiknya tanaman segera dibentuk dengan cara dipangkas. Pemangkasan bentuk dapat dilakukan sejak tanaman masih kecil. umur tanaman mulai dipangkas akan sangat tergantung pada jenis tanaman.

Pemangkasan adalah pemotongan tunas-tunas yang tidak dikehendaki pertumbuhannya karena dapat memperlambat atau mengganggu perkembangan tanaman atau batang pokok. Tanpa melakukan pemangkasan maka zat hara/makanan yang dibawa oleh akar akan terus dimanfaatkan untuk perkembangan vegetatifnya. Pemangkasan adalah tindakan pembuangan sebagian dari organ tanaman berupa cabang, ranting dan daun. Agar mendapatkan pangkasan yang baik hendaknya diketahui dan dipilih bagian-bagian tanaman yang akan dipangkas/dipotong, seperti:

1. Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang masih muda, baik yang sudah tumbuh cabang primer dan cabang sekundernya maupun yang belum tumbuh cabang. Untuk tanaman yang sudah tumbuh cabang primernya dipilih cabang mana yang harus dipangkas, disesuaikan dengan pola yang sudah ditentukan sebelumnya. 

2. Pemangkasan pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan terhadap tunas air, cabang primer yang sudah tua dan tidak produktif, cabang primer yang terserang hama penyakit, cabang balik, cabang liar, cabang yang menggantung, cabang yang kering dan daun-daun yang tumpang tindih.

3. Pemangkasan produksi

Pemangkasan produksi dilakukan pada tanaman yang sudah menghasilkan  (TM) waktu pelaksanaannya setelah panen, dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil buah. Bagian yang dipangkas adalah memotong cabang yang mati atau kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah, dan cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah.

4. Pemangkasan peremajaan

Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang primer dan batang pokok tanaman yang sudah tua dan tidak berproduktif lagi.

Pemangkasan Cabang/Batang Dilakukan Sesuai Prosedur

1. Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk dilakukan dipangkal cabang supaya tidak tumbuh tunas baru. Apabila cabang yang dipangkas masih kecil maka alat yang digunakan gunting pangkas/stek, sebaliknya kalau cabangnya besar digunakan gergaji.

Pemangkasan pada cabang sekunder sama seperti pemangkasan cabang primer, hanya saja karena percabangan sudah agak tinggi maka gunting pangkas/stek yang digunakan harus yang bergagang panjang.  Apabila batang tanaman hanya tumbuh terus ke atas tanpa keluar cabang primer, maka harus dilakukan pemangkasan awal untuk merangsang tumbuhnya cabang primer. Mula-mula dipangkas bagian pucuknya menggunakan gunting pangkas/stek.  Dari hasil pangkasan inilah akan tumbuh banyak tunas baru. Tunas ini dibiarkan tumbuh sampai usianya sekitar setahun. Sesudah dipilih lagi yang baik, yang tumbuhnya menyebar, kuat dan tidak cacat, kemudian disesuaikan dengan pola yang di inginkan. Pangkas cabang-cabang yang tidak diinginkan seperti pemangkasan di atas, demikian pula pemangkasan pada cabang-cabang sekundernya.

2. Pemangkasan pemeliharaan

   

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan terhadap tunas air, cabang primer yang sudah tua dan tidak produktif, cabang primer yang terserang hama penyakit, cabang balik, cabang liar, cabang menggantung, cabang cacing, cabang yang kering dan daun-daun yang saling menutupi.  teknis untuk pemangkasan pada pangkasan pemeliharaan diantaranya sebagai berikut:

 ·         Cabang yang rimbun dikurangi kerimbunannya dengan membuang bagian cabang yang tumbuh ke dalam, cabang ini bisa dipotong habis atau kira-kira tersisa 1 cm dari pangkal cabang

o    Cabang sakit tapi masih cukup produktif tidak dipotong habis tetapi disisakan kurang lebih 15 cm dari pangkal cabang dimaksudkan supaya nantinya masih bisa membentuk cabang baru lagi

o    Cabang tua yang produktif juga tidak dipotong habis, karena dari bekas potongan ini diharapkan bisa tumbuh cabang baru lagi

o    Cabang yang tumbuh tumpang tindih, cabang balik, cabang liar dan tunas air perlu dipotong habis.

3.   Pemangkasan Produksi

Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daun-daun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar matahari dapat tersebar merata ke seluruh organ daun sehingga proses fisiologis terpenting dari tanaman yaitu fotosintesis dapat berjalan lancar dan sirkulasi unsur hara dari daun ke seluruh organ tanaman juga lancar.

4. Pangkasan Peremajaan

Bagi pohon tanaman MPTS yang sudah tua perlu dilakukan pangkasan peremajaan. Pangkasan ini dilakukan pada cabang primer dan batang pokok tanaman yang sudah tua dan tidak berproduktif lagi. Adapun teknik pemangkasan peremajaan sebagai berikut:

a.  Memotong cabang primer

·   Memotong cabang-cabang primer dengan menggunakan gergaji

o    Luka pangkasan dibuat miring supaya air hujan tidak tertahan

o    Untuk mencegah terjadinya infeksi, cabang bekas luka tersebut dapat diolesi teer atau lilin parafin

o    Setelah beberapa lama cabang yang dipotong akan tumbuh tunas-tunas baru, dari sejumlah tunas yang tumbuh ini dipilih tunas-tunas yang sehat dan kuat, tunas yang kurang baik di pangkas kembali

o    Apabila tunas sudah cukup besar dapat diokulasi untuk memperbaiki mutu tanaman.

b.   Memotong batang pokok

·      Sebelum melakukan pemotongan batang pokok, pohon harus diamati secara seksama selama beberapa musim berbuah, apakah masih dapat berproduksi dengan baik atau tidak. Pemangkasan ini sifanya total, maka tidak mungkin  mengharapkan hasil secepatnya. Oleh karena itu sebelum melakukan pemotongan batang pokok harus dipertimbangkan terlebih dahulu.

Adapun teknik pemangkasan batang pokok sebagai berikut:

·         Batang pokok yang akan dipangkas harus dilihat terlebih dahulu dibagian bawahnya apakah memiliki beberapa tonjolan bakal tunas atau tidak

o    Jika ada bakal tunas, maka usaha yang harus dilakukan adalah memacu pertumbuhan tunas. Caranya dengan menghambat jalannya unsur hara dengan mengupas kulit selebar 2 cm, dalamnya 1-1.5 cm pada ketinggian 15-25 cm di atas bakal tunas

o    Jika tonjolan bakal tunas sudah kelihatan besar atau sudah tumbuh kuncup tunas, maka pohon segera di tebang. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji tepat dibagian kulit yang dikupas tadi dengan posisi miring. Batang pokok yang tersisa tingginya sekitar 30-40 cm dari atas permukaan tanah

o    Setelah beberapa tunas mulai tumbuh, kemudian dipilih 2-3 tunas yang sehat dan kuat. Tunas-tunas yang lainnya dibuang dengan cara memangkasnya.

Agar nantinya tumbuh jadi pohon dewasa yang produktif, produksinya banyak sepanjang tahun, maka tunas-tunas tersebut dapat disambung atau diokulasi dengan entres dari pohon unggul.

            


 

 

serba serbi

PENDAMPINGAN KTH

Dalam Pembinaan KTH dmaksudkan untuk meningkatkan kapasitas kelompok tani hutan dalam mengelola Kelembagaan, Kawasan dan Kelola Usaha. Tujua...